Jumat, 19 September 2014

Kenangan Di Balik Desa Seuseupan

Sebelum KKN, gue udah memikirkannya dari jauh-jauh hari. Kira-kira di sana ada tanda-tanda kehidupan atau masih ada binatang buasnya gak ya?. Alhamdulillah bukan di hutan, melainkan di desa yang berada di kabupaten Cirebon. Awal mulanya gue berfikir, kalau emang tempatnya di Cirebon Timur. Ya, gue pengen yang gak terlalu jauh dari rumah. Kaya di Mundu atau di Buntet, kenapa gue milih di antara itu?. Biar kalau bolak-balik kampus gak kejauhan, maklum sebagai mahasiswa yang haus akan pengetahuan. Gue pun mengikuti semester pendek -_-". Mendekati beberpa hari pendaftaran on line KKN, semua mahasiswa bergegas mendaftar. Ada yang daftar di warnet, nyari tempat wifi, minjem hp temen sampai akhirnya minjem komputer OP warnetnya. Syukur alhamdulillah, pada saat itu gue memilih Buntet. Yang tempatnya religius, ada pesantrennya, masalah air lancar, keamanan sampai sinyal provider pun full. Banyak santri di sana, gue berharap pulang KKN dari sana udah dapat gelar Ust / Haji.

Namun ternyata Tuhan pun tak mengizinkan hambanya untuk KKN di sana, gue terhasut oleh setan kribo dan koko. Mereka membujuk buat pindah ke lokasi KKN nya, ternyata setelah besoknya gue berfikir keras. Gue dan sahabat gue pindah ke desa itu. Tapi setelah gue pindah, kabar mengejutkan pun datang, di antara mereka berdua. Ada yang kesan nya secara halus, tidak ingin KKN bareng dengan kami. Akhirnya mereka pun berdua pindah, meninggalkan kami. Dengan penuh kekecewaan, gue dan sahabat gue tetep optimis dengan lokasi KKN di Desa Seuseupan.

Padahal gue sendiri gak pernah tau tuh desa terletak di mana nya, di google maps dan di Atlas pun tak terditeksi tuh tempat. Tiba lah kami untuk mengadakan pertemuan pembentukan keanggotaan dan survei. Mendadak gue shock melihat medan jalan yang di tempuh untuk sampai di desa itu. Mendaki gunung lewati lembah #ostninjahatori. Jalan rusak dan tak ada penerangan lampu di daerah sawah-sawah dan bendungan air, sinyal susah dan mencari sumber makan pun jauhnya, pedalaman banget tuh desa. Yang lebih bikin sehat lagi, itung-itung ngegym gratis, ada sumur yang di pake buat kita mandi. Setiap nimba, lengan ototnya mengembang kaya roti.

Lengkap sudah kekecewaan gue menerima kenyataan itu. Ok sebagai lelaki sejati, gue harus berani menerima tantangan itu. Hari pun terus berajalan, akhirnya KKN pun di mulai. Gue melihat mahasiswa dan mahasiswi yang berbeda jurusan, di kumpulkan dan dijadikan 1 kelompok. Mungkin yang namanya baru kenal, hampir semua temen-temen pada jaim dan malu-malu kucing. Gak terbayangkan kalau gue ternyata bisa dapat teman yang berbagai jenis karakter yang berbeda-beda. Ada yang rambutnya kribo dan di sangka orang gila, ada yang kaya Cici, ada yang kaya Asri welas, ada yang naksir sama mamang galon, ada yang atlit tapi taunya dia juga atlit kentut dan lain-lain.

Kita memang berbeda karakter, watak, status dan kebiasaan. Tapi dengan kondisi lingkungan di sana yang penuh tantangan, dari mulai akses jalan, warga sebagian ada yang tidak menyatu, kondisi sekolah yang memprihatikan serta karang tarunanya yang tidak jalan. Kita semua mampu berbaur dengan warga dan menyelesaikan proker kita masing-masing. Pengalaman yang gak pernah gue dapatkan sebelumnya, saat gue berubah menjadi guru Olahraga. Mungkin itu pekerjaan yang lebih happy di bandingkan mengajar mata pelajaran. 

Tapi jujur gue sangat bangga bisa mengajar Penjaskes, gue lebih sering mengajar kelas 3 dan 4. Dan di situ gue melihat, mereka menyambut gue dengan sangat baik dan bahagia. Mereka begitu semangat untuk berolahraga, selalu ada canda dan tawa yang meraka pancarkan.
Hingga saatnya di penghujung waktu di hari terakhir KKN. Yang namanya pertemuan pasti ada yang namanya perpisahan.

Perpisahan dengan warga dan anak SD, menghadirkan tangisan dan kesedihan yang begitu dalam. Pagi itu suasana berubah menjadi redup, langit pun seakan galau menyelimuti suasana itu. Gue gak nyangka anak-anak SD hampir semuanya menangisi kepergian kita, begitupun para warga terutama ibu-ibu. Gue pun sedih, meskipun tidak bisa meneteskan air mata. Teman-teman KKN pun saling bersalaman dan memeluk, air mata mengalir dari pipi. Ini lah moment yang begitu berharga dan banyak pelajaran yang dapat kita petik di balik Desa Seuseupan. Desa yang meninggalkan kenangan untuk kita semua.

Selasa, 09 September 2014

3th Relationship

Semua orang punya banyak cerita dan kenangan di dalam hidupnya.
Begitu pun kisah cinta yang aku rasain bersama dia.
Dia yang bisa membuat aku tersenyum, dia yang bisa membuat aku tertawa, dia yang mengisi hari-hari ku, dia yang selalu memberikan perhatian, dia yang cemas di saat aku sakit dan dia yang setia menemaniku.

Aku bangga memiliki dia. Karena dia wanita yang aku cintai, wanita yang mandiri, wanita yang begitu sayang kepada kedua orang tua nya dan wanita yang shalehah.

Dia yg tak pernah lelah terus berjalan   Bersama aku. 
Itulah mengapa aku terus berjuang bersama dia
Dalam cinta tak ada yang kalah dan menang
Dalam cinta kita sama-sama jatuh karena cinta
Itulah mengapa cinta selalu bisa menjadi akhir yang manis bagi yang memilikinya

Terima kasih cinta, engkau telah senantiasa berada di hati selama 3 tahun. Semoga kita takkan berpisah dan terus bersama, seiring berputarnya waktu yang terus berjalan.
Amin...