Rabu, 03 Juli 2013

Are You Gay???

Ini pengalaman yang sangat menakutkan di hidup gue, ceritanya bermula di sini.
Pada suatu malam, di selimuti dinginnya udara dan di hiasi dengan hujan kecil. Gue keluar dari rumah pergi menemui camer ( calon mertua ). Beliau meminta gue untuk mengantarkannya ke RS, karena cewek gue ngasih  kabar.  Kalo dia sakit dan mau langsung pergi check up ke dokter. Namanya juga orang tua, dengan nada yang penuh  rasa cemas dan khawatir. Melalui via telepon, Beliau meminta tolong gue untuk mengantarkannya ke RS. Tanpa pikir panjang lebar, Gue bergegas keluar rumah.  Laksana seorang prajurit yang di beri tugas oleh ibunda raja. Gue pun pergi memakai payung besar dan berjalan tanpa lelah , suara petir terdengar di mana-mana. Tanpa rasa takut sedikit pun gue tetap melanjutkan perjalanan. Sampai lah gue di rumah Camer, dengan sigap beliau membukakan pintu. Gue langsung berinisiatif mengeluarkan motor camer yang mau gue bawa untuk mengantarkan beliau.  Untungnya jas ujan gue emang ada di rumah cewek gue dan langsung gue pake.
Dan ternyata... 
Gue berubah menjadi gembel yang baru bisa menaiki motor, jas ujan gue robek compang camping, keleknya bolong dan lengan kanan jas ujan gue robek menjadi 3/4. 
Perjalanan pun berlanjut, sampai tibalah kami di RS.
Dengan perasaan khawatir yang luar biasa, Camer gue berjalanan agak cepat memasuki RS lalu bertanya apakah anaknya sudah check up.
Tiba-tiba panggilan alam bawah perut gue pun terdengar, cacing-cacing perut gue udah pada miscall'n gue. Mungkin mereka mau  berkata " woy bro kapan makannya, kita-kita udah laper nih !, mau usus kamu kita makan? hah! " 

Untungnya setelah mendengar kabar kalo cewek gue masih dalam perjalanan ke RS, gue langsung meminta izin. Kalo gue mau pergi sebentar buat makan malem. Memang benar adanya, fakta emang membuktikan ketika dalam keadaan suhu dingin atau hujan. Membuat tubuh kita ini membutuhkan makanan atau minuman yang anget-anget, alias bikin LAPER!.
Dalam waktu singkat gue langsung menyebrangi jalan depan RS. 
Berhentillah gue di sebuah rumah makan khusus mie. Di sana ada berbagai tingkat  level kepedesan rasa mie tersebut, tak di sangka-sangka malam itu tidak ada pengunjung sama sekali hanya ada mas-mas kasir yang lagi menunggu. Karena perut gue lapernya sangat dahsyat gue langsung menanyakan ke mas-mas kasir.
" Mas pelayannya mana?" tanya gue.
Bujubuneng, dengan suara manja nan  imut mas-mas itu menjawab " Oo kasirnya disini aku sendiri, mas mau pesen apa ya ?" Bicaranya sambil monyong-monyong.
Astaga ngeliat mukanya yang sok imut itu, pengen gue jambak tuh poninya!.
Gue berfikir tetep positif, mungkin karena laper membuat gue sensitive.
Dengan cepat gue memesan makanan yang paling murah di tempat itu.
Jari-jarinya mas-mas itu  yang lentik dan kriting membuat tulisannya sangat lambat. Kalo gue kanibal, udah gue makan tuh orang! ( dalam hati gue ).
Setelah gue duduk, kecurigaan gue terbukti.
Masa-mas itu berjalan lenggak-lenggok kaya sinden hasil transgender.
 Wah udah gak bener nih orang, gue  gak peduli dengan apa yang gue liat barusan. Gue hanya fokus menahan rasa laper ini yang terus bergeliat di perut ini, sekarang cacing-cacing di perut gue udah pada demo. " turunkan harga BBM, kami ini rakyat yang tak ingin sengsara!!!" ( gak nyambung ).
Pesanan pun telah tiba,  mas-mas itu berjalan sangat lambat, udah kaya anak perawan aja.
Gue menyambut dengan suka cita dan melahap mie nya tanpa ampun. Bibir gue kepanasan, karena kuah mienya yang masih panas + rasa pedas mie yang luar biasa. Keringat gue bercucuran dan mulut gue komat-kamit kaya dukun, panas banget nih kuahnya.
Setelah selesai makan gue buru-buru mau cabut dari tempat itu, gue nanya " semuanya berapa? ". Lalu mas-mas itu memberikan gue bill nya.
Pas gue liat, gue shock bukan main. Harga mie ini mahal banget!!! , buseet. Sontak gue komplen dan marahin pelayan itu, pas gue marah-marah tuh pelayan ketakutan banget. Seperti biasa dengan nada lemah lembut alias manja-manja gitu, mas mas itu meminta maaf dan gak tau apa-apa. Dia bilang " Demi Allah gak tau apa-apa".
Akhirnya dengan berat hati, gue bersedih mengapa ini harus terjadi. Gue hanyalah  mahasiswa biasa.  Harus membayar semangkok mie yang paling mahal di kota ini. Gue mengumpulkan uang gue tiap hari, buat kebutuhan hidup gue. Kini uang itu ludes di berikan ke tempat makan mie yang aneh itu.
Gue ngasih uangnya kepelayan,
Lalu apa yang terjadi!!!

"Bumi gonjang-ganjing, langit membelah, bintang dan bulan berjatuhan dan hujan pun berbuah menjadi tsunami yang menghantam rumah makan ini!!!!!"

Siaaal siaaaallll, najiss!!!!!
Tangan mas-mas itu mengelus-ngelus tangan gue pas gue lagi bayar, rasanya pengen gue muntahin mie itu ke mukanya yang tersenyum lebar menggoda.
Gue langsung lari terbirit -birit melihat tingakah gay yang sangat gila itu!!!!

Selasa, 02 Juli 2013

Penyesalan Yang Teramat Dalam

Sejauh mana kita bisa berlari dan mencoba sekeras mungkin menjauh dari semua kegelisahan dan rasa kehilangan yang begitu dalam di hati. Rasanya tak semudah membalikan telapak tangan, butuh waktu yang lama. Berminggu-minggu, berbulan-bulan dan bahkan bertahun-tahun. Segala cara telah kita lakukan, namun apa daya hati ini tak mampu, hari-hari terasa lama berganti dan detik waktupun semakin melambat untuk berputar. Seakan semuanya tak berjalan sebagaimana mestinya. Kita terus mencoba mencari aktivitas, kesibukan dan hiburan buat diri kita. 

Lalu apa yang terjadi?

Perasaan di dalam hati tidak mudah untuk berubah dan terobati.
Kita butuh orang yang bisa menyejukan hati ini, membuat kita bahagia dan bisa merubah hidup kita. Perbuatan kita di masa lalu, menyia-nyiakan orang yang menyayangi kita dan menyakiti hatinya.
Setelah dia pergi, hanya ada lubang besar di dalam hati. Hari-hari gelap menghiasi langkah hidup kita, lamunan kenangan di masa lalu terus menghantui pikiran ini dan seakan ingin kembali merindukan masa itu. Terkadang kita selalu menyebutkan namanya, membicarakannya dan melihat wajahnya di sebuah photo sambil menangis. Seseorang yang kita anggap sangat berarti di hidup ini telah tiada, entah dia meninggalkan hidup kita ataukah dia telah tiada di dunia ini. Yang tersisa hanyalah penyesalan yang teramat dalam.